Foto: Prasasti Lubuk Layang tampak depan (Koleksi Pribadi: 2013) |
Foto: Prasasti Lbuk Layang tampak belakang (Koleksi Pribadi: 2013) |
Buchari
dan Satyawati Sulaiman sependapat bahwa terdapat 2 jenis tulisan pada prasasti
Lubuk Layang atau disebut juga dengan Prasasti Kubu Sutan. Kedua tulisan tersebut
agak berbeda dengan pertulisan yang biasa dipakai Adityawarman namun pertulisan
tersebut sangat jauh berbeda dengan pertulisan yang umum dipakai rajaraja Sriwijaya.
Pertulisan tersebut lebih mirip dengan pertulisan yang dipakai di Kamboja.
Kemungkinan pertulisan tersebut berkaitan dengan Adityawarman, mengingat
kebiasaannya menggunakan huruf dan bahasa yang berbeda. Keletakan prasasti Kubu
Sutan berada di antara dua pusat kebudayaan besar, yaitu Pagaruyung dan Padang
Lawas, tentu saja keduanya membawa pengaruh yang cukup kuat (Oetomo, RW. 2009: 113). Hal yang
sama juga diketahui dari temuan prasasti yang terdapat daerah aliran Sungai Ganggo
Hilia. Prasasti ini menggunakan setidaknya dua junis huruf dan bahasa yang berbeda,
salah satunya adalah penggunaan Bahasa Jawa. Adapun isi dari pertulisan prasasti
tersebut adalah pengumuman mengenai penggunaan mata air, yang boleh dipakai
oleh siapa saja, bahkan untuk ternak (Setianingsih, 2006: 74-75). Tidak diketahui
siapa yang menulis prasasti tersebut dan untuk tujuan apa sehingga perlu dituliskan
dengan huruf dan bahasa yang berbeda? Hal ini menunjukkan bahwa di daerah
tersebut terdapat dua kelompok yang menggunakan dua bahasa yang berbeda.
Sumber:
1. Setianingsih, Rita Margaretha. 2005. “Prasasti
Ganggo Hilia: Temuan Baru dari Sumatera
Barat”, dalam Berita Arkeologi
Sangkhakala, No. 16, hlm. 65–78. Medan: Balai
Arkeologi
Medan.
2. Oetomo, R.W. 2009. Penelitian Arkeologi di Eks Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.
Medan: Balai Arkeologi Medan
No comments:
Post a Comment