Prasasti Saruaso II
Oleh: Dodi Chandra, Arkeologi UI
Prasasti Saruaso II
adalah salah satu prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Ãdityawarman saat ibukota pemerintahan Kerajaan Malayu
berada di Saruaso. Prasasti Saruaso II, semula berada di halaman Gedung Indo
Jolito (Rumah Dinas Bupati Tanah Datar), tetapi kemudian dipindahkan ke halaman
Balai Adat yang berada di depan Gedung Indo Jolito dan diberi cungkup. Prasasti
Saruaso II dipahatkan pada sebuah batu pasit kwrsa yang berwarna cokelat
kekuningan pada kedua belah sisinya. Batu prasasti ini berbentuk empat persegi
panjang yang berukuran tinggi 110 cm, lebar 75 cm, dan tebal 17 cm.
|
Foto: Prasasti Saruaso II
Sumber: Koleksi Pribadi: 2013
Transkripsi Prasasti Saruaso terdiri dari dua sisi, yaitu
sisi A dan sisi B. Pada dasarnya tulisan pada
sisi B sama persis dengan sisi A, namun berbeda pada susunan kalimat
dalam masing-masing baris. Tulisannya agak aus, tetapi berdasarkan pada
pembacaan prasasti sisi A, maka kata-kata yang tidak terbaca dapat diketahui.
Prasasti Saruaso ditulis dalam hruf Jawa Kuna dan bahasa Sansekrta. Berikut ini adalah isi dari Prasasti Saruaso
II: Prasasti
diawali dengan ucapan selamat yang lazim dalam setiap prasasti. Kalimat
berikutnya berupa candra sengakala
tetapi, belum dapat dipastikan unsur penanggalannya. Isi poko prasasti
menyebutkan adanya seorang raja muda (yauwaraja)
yang bernama Ãnanggawarman
merupakan anak (tanaya) dari
Raja Ãdityawarman yang kemungkinan besar masih berkuasa pada
saat prasasti tersebut ditulis. Kalimat lainnya adalah puji-pujian kepada Ãnanggawarman sebagai ratu (yauwaraja) yang gagah dan bersifat asih,
berbakti pada ayah dan ibu serta guru.
Dalam
Prasasti Saruaso II adalah hal menarik
untuk dibahas terkait dengan isi prasastinya. Sebutan yauwaraja (raja muda) yang memerintah pada wilayah kecil di bawah
kekuasaan raja. Dengan kedudukannya sebagai raja muda tentunya Ãnanggawarman mempunyai wilayah
kekuasaan tersendiri, sekalipun masih dalam pengawasan kerajaan pusat. Jika
seorang Ãnanggawarman
memiliki wilayah kekuasaan sendiri, pertanyaan yang muncul adalah seberapa
wilayah kekuasaanya itu dan bagaimanakah koneksi atau hubungan dia dengan
pemerintahan pusat?. Namun, pertanyaan tersebut saat ini belum dapat di jawab,
dikarenakan data tertulis dan data artefaktual yang sangat minim pada masa
pemerintahan Ãnanggawarman.
Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa Ãnanggawarman memiliki wilayah kekuasaan sendiri,
tetapi gelar yauwaraja yang ia
sandang kemungkinan hanyalah simbolis saja sebagai anak dari Ãdityawarman tanpa mempunyai otoritas
pada wilayah tertentu.
Penyebutan yauwaraja tidak hanya di Prasasti
Saruaso II, tapi juga pada Prasasti Lubuk Layang yang berada di wilayah
Pasaman. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Jawa Kuna dan bahasa Melayu
Kuna dan Jawa Kuna. Prasasti Lubuku Layang tidak berangka tahun, namun dari
perbandingan paleografinya mempunyai kesamaan dengan prasasti yang dikeluarkan
oleh Ãdityawarman.
Hal yang menarik dalam Prasasti Lubuk Layang adalah adanya penyebutan yauwaraja Bijayendrawarman yang
mendirikan stupa di Parwatapuri.
Sehubungan dengan adanya penyebuta yauwaraja
dalam dua prasasti yang berbeda dapat memunculkan asumsi bahwa adanya kesaman
sistem pemerintahan Malayu Kuna (masa Adityawarman) dengan pemerintahan Kerajaan
Majapahit. Sistem yauwaraja pada
Kerajaan Majapahit yang ditiru oleh Ãdityawarman kemungkinan sebagai bentuk bhakti
Adityawarman yang sebelumnya hidup dan bekerja pada Kerajaan Majapahit.
Pada
Kerajaan Majapahit yang berpusat di keraton, dibantu oleh raja-raja muda atau yauwaraja yang berkuasa di kerajaan
kecil. Dalam pemerintahan Majapahit, yauwaraja
memiliki gelar yaitu Bhre, misalnya Bhre Kahuripan. Mengingat lokasi dari
prasasti Lubuk Layang yang jauh dari pusat pemerintahan pusat di Saruaso, mungkin
sekali bahwa yauwaraja
Bijayendrawarman berkuasa di sekitar lokasi prasasti, tapi tetap berada di
bawah pengawasan pemerintahan pusat.
Keberadaan Ãnanggawarman yang hanya tercantum
dalam satu prasasti saja, menghambat pengetahuan kita terhadap perananya dalam
masa pemerintahan Ãdityawarman, dan apakah ia adalah pengganti ayahnya (Ãdityawarman) setelah meninggal?. Hal
ini , masih menjadi teka-teki yang belum dapat dipecahkan sampai sekarang.
Namun dengan adanya informasi tentang raja muda atau yauwaraja memberikan informasi kepada kita tentang silsilah dari
raja Ãdityawarman. Dalam Prasasti Saruaso II ada hal lain yang menarik
yaitu keberadaan ornamen pada prasasti. Ornamen di Prasasti Saruaso II ada 2 buah, 1 buah di bagian depan dan 1 di bagian belakang
|
|
Foto: Ormanen pada bagian belakang prasasti Saruaso II
Sumber: Koleksi Pribadi: 2013
Ornamen pada bagian depan prasasti berbentuk ular
biasa dan kepala kala yang dengan gigir
besar dan bertaring dan memakai mahkota kecil. Sedangkan , ornamen pada bagian belakang berbentuk kepala juga
tapi dengan tipe berbentuk guci dibalik dengan mata besar menonjol serta taring
kecil.
|
|
Foto: Ornamen pada bagian depan Prasasti Saruaso II
Sumber: Koleksi Pribadi: 2013 |
No comments:
Post a Comment