Tahap Penelitian Arkeologi
Sumber:
Mundardjito. 1999. Metode Penelitian
Arkeologi. Depertemen Pendidikan Nasional, Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional. Jakarta
1. Pengumpulan
Data
Teknik
Pengumpulan Data, meliputi:
a. Penjajagan
Pengamatan
tinggalan arkeologi di lapangan untuk memperoleh gambaran tentang potensi data
arkeologi dari suatu situs arkeologi. Dalam tahap ini, peneliti melakukan
pengamatan terhadap keadaan lingkungan dan pencatatan tentang jenis tinggalan
arkeologi (archaeological remains,
kemudian menandai ke dalam peta (plotting).
b. Survei
Surevei adalah
pengamatan tinggalan arkeologi yang disertai dengan analisis yang dalam. Survei
juga dapat dilakukan dengan cara mencari informasi dari penduduk. Tujuan survei
untuk memperoleh benda atau situs arkeologi yang belum pernah ditemukan
sebelumnya atau penelitian ulang terhadap benda atau situs yang pernah
diteliti.
Kegiatan survei
terdiri atas:
1. Survei
Permukaan
Kegiatan
untuk mengamati permukaan tanah dari
jarak dekat. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data arkeologi dalam
konteksnya dengan lingkungan sekitarnya antara lain jenis tanah, keadaan
permukaan bumi, keadaan flora.
2. Survei
Bawah Tanah
Merupakan
aktivitas untuk mengetahui adanya
tinggalan arkeologi yang terdapat di bawah tanah dengan menggunakan alat-alat
tertentu. Teknik yang sering digunakan adalah: pemantulan (dowsing), penusukan (probing),
pengggemaan (sounding), pengeboran (augering), geofisika.
3. Survei
Bawah Air
Survei bawah air
dapat dilakukan dengan cara:
a. Teknik
Banjar Linier, para penyelam menempatkan diri pada jarak tertentu, kemudian
bergerak bersama-sama kea rah depan dengan suatu garis lurus.
b. Teknik
Banjar Melingkar, para penyelam menempatkan diri pada jarak tertentu, kemudian
secara berbanjar melakukan survey dengan mengelilingi suatu titik yang telah
ditentukan membentuk radius yang semakin besar.
4. Survei
Udara
Survei udara
dimaksud sebagai pengamatan dari udara terhadap gejala permukaan tanah dan
mendokumentasikan dengan alat foto. Penafsiran foto udara ini akan
menitikberatkan pada perbedaan pola dan warna dari suatu foto udara yang
akhirnya dapat memberikan berbagai penafsiran keadaan yang sebenarnya di darat
5. Wawancara
Wawancara adalah
interaksi dan komunikasi yang akan di alami oleh arkeolog dalam pengumpulan
data. Wawancara dalam arkeologi lebih dikhususkan untuk studi etnoarkeologi.
Wawancara dapat dilakukan dengan wawancara tertutup dan wawancara terbuka.
6.
Sampling
Penarikan sampling merupakan suatu kegiatan peting
dalam penelitian arkeologi, karena dapat
memberikan gambaran yang representatif
mengenai kuantitas dan kualitas data arkeologi dari suatu situs.
c.
Ekskavasi
Ekskavasi adalah
satu teknik pengumpulan data melalui penggalian tanah yang dilakukan secara
sistematik untuk menemukan suatu atau himpunan tinggalan arkeologi dalam
situasi in situ.
Teknik ekskavasi
dapat dibagi atas:
1. Teknik
Spit (arbitrary level), teknik yang
didasarkan pada kepadatan temuan ataupun jenis temuan.
2. Teknik
Lapisan Alamiah (natural layer),
menggali tanah dengan mengikuti lapisan tanah secara alamiah.
3. Teknik
Lot, teknik menggali yang menggabungkan teknik lapisan alamiah dengan teknik
spit.
2. Pengolahan
Data
Data-data
yang akan diolah antara lain adalah:
a. Artefak
: benda alam yang diubah oleh tangan manusia, baik sebagian (kapak perimbas,
serpih bilah, alat tulang), maupun seluruhnya (keramik)
b. Serbuk
sari, tanah.
c. Fitur:
artefak yang tidak dapat diangkat dari tempat kedudukannya (matrix), misalnya: bekas lantai, bekas
dinding, makam, lubang atau posthole,
dll.
Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut diolah
melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Klasifikasi
awal : artefak dan ekofak yang terkumpul harus segera dibersihkan dan
dikonservasikan serta melakukan pencatatan penemuan, foto, gambar.
Perlakuan
terhadap artefak dan ekofak:
-
penomoran dan penginventarisasikan
berdasarkan kategori
-
pengkatalogisasian dan
pemilahan berdasrkan kategori
-
penyimpana berdasarkan
kategori
b. Klasifikasi
lanjutan : klasifikasi lanjutan dilakukan untuk menentukan dan kemudian
menyajikan data dalam kelompok yang sama dan yang berbeda, yang akan
memunculakn pola dan konteksnya. Dasar pengelompokkan dalam klasifikasi adalah
atribut yang terdapat pada suatu artefak yaitu atribut bentuk (berkaitan dengan
bentuk tiga dimensi serta ukuran metrik artefak), atribut gaya (berkaitan
dengan ragam hias, motif hias, dan pola hiasan artefak), dan atribut teknologi
(berkaitan dengan bahan, teknik pembuatan, tekni penyelesaian serta teknik hias
artefak)
3. Analisis
Dalam
penelitian arkeologi, analisis dilakukan melalui 3 tahap:
a. Tahap
identifikasi, tahap penentuan atribut-atribut yang dimiliki
b. Tahap
perekaman, tahap memasukkan data dalam formulir atau strukutr database.
c. Tahap
pengolahan, tahap mencari korelasi data antar artefak atau konteks lain.
Analisis artefak dibagi menjadi 4 macam:
a. Analisis
morfologi: mengindentifikasi pegangan terhadap bentuk dan ukuran
b. Analisi
tekonologi: mengidentifikasi teknik pembuatan artefak berdasarkan bahan baku,
pengolahan bahan, teknik pengerjaan samapi dihasilkan termasuk teknik menghias
c. Analisi
stalistik : mengidentifikasi aspek
dekoratif, seperti: warna, hiasan, ragam hias.
d. Analisi
jejak pakai : mengkhususkan pada
pengamatan terhadap hal-hal yang menunjukkan sisa penggunaan atau bekas
pemakaian.
4. Tahap
Pelaporan dan Publikasi
Pelaporan
hasil penelitian adalah bentuk pertanggungjawaban morak dan akademis terhadap
penelitian yang dilakukan. Selain itu, publikasi hasil penelitian bertujuan
untuk mengsosialisasikan hasil-hasil penelitian dengan sasaran masyarakat
ilmiah dan masyarakat umum.
Publikasi
dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain:
a. Buku.
b. Pameran,
usaha untuk memasyarakatkan arkeologi dikalangan masyarakat umum.
c. Visual,
publikasi dapat dilakukan dalam bentuk visualisasi berupa foto-foto arkeologi
serta bentuk audiovisual dalam bentuk film.
No comments:
Post a Comment